• About
  • Sitemap
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • HUBUNGI SAYA

TANTOM-ANGKOLA

tutorial blog seo.dwonload.game.kebudayaan.pembelajaran dan lain lain

  • Beranda
  • DAFTAR ISI
    • SEKOLAH
    • TEKNIK ELEKTRO
    • SEO TIPS
    • BELAJAR BLOG
  • DAFTAR ISI 2
    • BERITA BATAK
    • KEBUDAYAAN
    • RESEP MAKANAN
  • FOTO -FOTO
  • PEMAIN BOLA
  • KIMIA
  • TV ONLINE
Home » budaya indonesia » objek wisata yogyakarta ( budaya )

objek wisata yogyakarta ( budaya )



Objek Wisata Yogyakarta

Disusun Oleh:

klinton gultom
TEKNIK ELEKTRO -


tantom













KAMPUS BASHRA
Jl. Poltangan IV No.34 Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta 12510
KAMPUS TAYBA
Jl.  Poltangan III No.97 Pasar Minggu Jakarta 12510
Telp.(021)7821048 – 7821163 Fax.78833491 website: www.yapimda.org


KATA PENGANTAR
P

  uji Syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Berkat dan Kasih Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas  Kode Etik dalam bentuk maupun isinya yang  cukup sederhana. Semoga Tugas Kode Etik ini bermanfaat bagi para pembaca.
Setiap wilayah atau Negara pasti memiliki objek wisata yang menarik dan unik . Dengan semakin maju atau berkembangnya era globalisasi ini dapat membantu setiap Negara atau wilayah untuk memperkenalkan potensi objek wisata yang dimilikinya. Cara ini tentunya dapat menarik minat para wisatawan-wisatawan mengunjungi objek wisata tersebut dan kita juga dapat mempelajari kelebihan dan kelemahan objek wisata tersebut. Oleh karena itu harapan saya semoga TugasKode Etik ini membantu menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Tugas Kode Etik ini saya akui masih banyak kekurangan dan ketidakpuasan dari para pembaca karena pengalaman dan sumber yang saya miliki masihkurang. Oleh karena itu saya Mohon maaf Yang sebesar-besarnya.
Terimakasih


Masjid Agung (Gede) Kauman


Description: E:\document tamu\Data Neni\Copy of image001.jpgDescription: IMG_0151_copy











           





      Masjid Agung pada zaman dahulu

           
            Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Gede Kauman ini terletak di sebelah barat Alun- Alun Utara yang secara simbolis merupakan transendensi untuk menunjukkan keberadaan Sultan, yaitu di samping pimpinan perang atau penguasa pemerintahan (senopati ing ngalaga), juga sebagai sayidin panatagama khalifatulah  (wakil Allah) di dunia di dalam memimpin agama (panatagama) di kasultanan.   Dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono I oleh seorang arsitek bernama K. Wiryokusumo, masjid ini mempunyai pengulu pertama yaitu Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat. Seperti halnya masjid-masjid lain di Jawa, masjid ini beratap tumpang tiga dengan mustoko, masjid ini berdenah bujur sangkar, mempunyai serambi, pawestren, serta kolam di tiga sisi masjid. Namun beberapa keunikan yang dimiliki oleh masjid ini adalah mempunyai gapura depan dengan bentuk semar tinandu dan sepasang bangunan pagongan di halaman depan untuk tempat gamelan sekaten. Masjid yang pernah dipugar akibat gempa bumi besar ini merupakan masjid jammi kerajaan yang berfungsi sebagai tempat beibadah, upacara kesagamaan, pusat syiar agama, dan tempat penegaan tata hukum keagamaan.    Seluruh kompleks Masjid ini dikelilingi oleh pagar tembok tinggi  di mana pada bagian utara terdapat Dalem Pengulon yaitu tempat tinggal serta kantor abdi dalem pengulu, serta di sebelah barat masjid terdapat beberapa makam yang diantaranya adalah makam Nyai Ahmad Dahlan. Abdi dalem pengulu inilah yang membawahi para abdi dalem bidang keagamaan lainnya, seperti abdi dalem pamethakan, suronoto, modin. Kawasan di sekitar masjid merupakan kawasan pemukiman para santri ataupun ulama. Pemukiman tersebut lebih dikenal dengan nama Kauman dan Suronatan.
           Dalam perjalanan histories Yogyakarta, kehidupan religius di kampung tersebut menjadi inspirasi dan tempat yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya gerakan keagamaan Muhammadyah pada tahun 1912 M yang dipimpin oleh K.H.A. Dahlan.

Menggali jejak-jejak sejarah dan religi di Yogyakarta banyak sekali pilihan. Salah satunya di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Masjid yang berada di pusat kota ini menyajikan eksotisme arsitek masa lalu yang sungguh indah. Posisinya persis di sebelah Barat depan Kraton. Pembangunannya tidak terlepas dari berdirinya Kasultanan Yogyakarta (kerajaan Islam) melalui perundingan Giyanti (1755), tepatnya 18 tahun kemudian.

Description: grand-mosque-masjid-gedeArsitektur
Masjid ini dibangun dengan arsitekturalnya yang kental dengan nuansa Kraton. Atap masjid menggunakan sistem atap tumpang tiga dengan mustaka yang mengilustrasikan daun kluwih dan gadha. Sistem ini bermakna kesempurnaan hidup melalui tiga tahapan kehidupan manusia yaitu, Syariat, Makrifat dan Hakekat. Bangunan ini sudah mengalami renovasi tahun 1867 ketika terjadi gempa besar yang meruntuhkan bangunan asli serambi masjid. Lantai dasar masjid terbuat dari batu kali kemudian diganti marmer dari Italia. Pesona lainnya adalah pada pemasangan batu kali putih pada dinding masjid yang tidak menggunakan semen/ unsur perekat lain dan penggunaan kayu jati utuh (berusia lebih 200 tahun) sebagai penopang bangunan masjid tersebut.

Description: gede-122Ruangan:

1.Masjid induk: ruang sholat dilengkapi tempat imam dan mihrab.
2.Samping kiri mihrab: maksura (terbuat dari kayu jati bujur sangkar dengan lantai marmer yang lebih tinggi serta dilengkapi dengan tombak). Maksura ini berfungsi pengamanan raja ketika raja sholat berjamaah.
3.Mimbar: berupa singgasana berundak (terbuat dari kayu jati berukiran indah berupa ornament stilir tumbuh-tumbuhan dan bunga di prada emas).
4.Pawestren (tempat jamaah putri),
5.Yakihun (ruang peristirahatan para ulama, khotib, dan merbot),
6.blumbang (kolam) dan
7.Kompleks bangunan lain: KUA, kantor Takmir, Pagongan (tempat penyimpanan gamelan Sekaten),
8.Pajagan (tempat berjaga prajurit memanjang di kanan kiri gapura), Regol atau gapura.



Keraton Yogyakarta
Description: E:\document tamu\Data Neni\keraton jogja.jpg

         Keraton Yogyakarta adalah bangunan masjid yang didirikan di pusat (ibukota) kerajaan. Bangunan ini didirikan semasa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I. Perencanaan ruang kota Yogyakarta konon didasarkan pada konsep taqwa. Oleh karenanya, komposisi ruang luarnya dibentuk dengan batas-batas berupa penempatan lima masjid kasultanan di empat buah mata angin dengan Masjid Agung sebagai pusatnya. Sedangkan komposisi di dalam menempatkan Tugu (Tugu Pal Putih) - Panggung Krapyak sebagai elemen utama inti ruang. Komposisi ini menempatkan Tugu Pal Putih-Keraton-Panggung Krapyak dalam satu poros.
Bangunan Masjid Agung Keraton Yogyakarta berada di areal seluas kurang lebih 13.000 meter persegi. Areal tersebut dibatasi oleh pagar tembok keliling. Pembangunan masjid itu sendiri dilakukan setelah 16 tahun Keraton Yogyakarta berdiri. Pendirian masjid itu sendiri atas prakarsa dari Kiai Pengulu Faqih Ibrahim Dipaningrat yang pelaksanaannya ditangani oleh Tumenggung Wiryakusuma, seorang arsitek keraton. Pembangunan masjid dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah pembangunan bangunan utama masjid. Tahap kedua adalah pembangunan serambi masjid. Setelah itu dilakukan penambahan-penambahan bangunan lainnya.
Bangunan Masjid Agung terdiri dari beberapa ruang, yaitu halaman masjid, serambi masjid, dan ruang utama masjid. Halaman masjid terdiri atas halaman depan dan halaman belakang. Halaman masjid merupakan ruangan terbuka yang terletak di bagian luar bangunan utama dan serambi masjid. Halaman ini dibatasi oleh tembok keliling. Sedang halaman belakang masjid merupakan makam Nyi Achmad Dahlan dan beberapa makam lainnya. Ada lima buah pintu yang dapat digunakan untuk memasuki halaman masjid. Dua buah pintu terletak di sisi utara dan selatan. Sedangkan pada sisi timur terdapat sebuah pintu yang berfungsi sebagai pintu gerbang utama. Bentuk pintu gerbang yang sekrang ini adalah semar tinandu dengan atap limasan. Pada kedua sisi gapura ini terdapat dua bangunan yang disebut bangsal prajurit. Pintu gerbang dihubungkan dengan sebuah jalan yang membelah halaman depan menjadi dua bagian. Jalan ini diapit dua buah bangunan yang dinamakan pagongan.
Bangunan serambi masjid dipisahkan dari halaman masjid. Bangunan pemisahan itu berupa pagar tembok keliling dengan lima buah pintu masuk. Pada sisi timur terdapat tiga buah pintu dan satu buah pada sisi utara serta selatan. Bangunan serambi ini juga dikelilingi dengan sebuah parit kecil (kolam) pada sisi utara, timur, dan selatan. Tempat/bangunan yang digunakan untuk berwudhu terdapat di sebelah utara dan selatan serambi.
Bangunan serambi masjid berbentuk denah empat persegi panjang. Serambi didirikan di atas batur setinggi satu meter. Pada serambi ini terdapat 24 tiang berumpak batu yang berbentuk padma. Umpak batu tersebut berpola hias motif pinggir awan yang dipahatkan. Atap serambi masjid berbentuk limasan. Pada sebelah barat serambi ini berdiri bangunan Masjid Agung yang merupakan ruang utama salat. Ruangan masjid berbentuk denah bujur sangkar. Bangunan ,asjid didirikan di atas batur setinggi 1,7 meter. Pada sisi utara masjid terdapat gedung pengajian, kamar mandi, dan WC untuk pria. Sedang yang diperuntukkan bagi wanita berada pada sisi selatan. Mihrab berada pada dinding sebelah barat. Pada dekat mihrab terdapat sebuah mimbar dan maksurah, masing-masing terletak di sebelah utara dan selatan mihrab. Atap tajug bertumpang tiga menutupi ruang utama Masjid Agung ini. Pada puncak atap terdapat mustaka. Ketiga atap masjid ini didukung oleh dinding tembok pada keempat sisi ruangan dan tiang berjumlah 36 buah. Tiang-tiang tersebut berpenampang bulat tanpa hiasan (polos). Ketiga puluh enam tiang tersebut terdiri atas empat buah saka guru, 12 saka rawa, dan 20 saka emper.
GUA JATI JAJAR YOGYAKARTA
Description: E:\document tamu\Data Neni\cilacap00168.jpg       Gua Jatijajar adalah sebuah tempat wisata berupa gua alam yang terletak di desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Gua ini terbentuk dari batu kapur. Gua Jatijajar mempunyai panjang dari pintu masuk ke pintu keluar sepanjang 250 meter. Lebar rata-rata 15 meter dan tinggi rata-rata 12 meter sedangkan ketebalan langit-langit rata-rata 10 meter, dan ketingian dari permukaan laut 50 meter.
Gua ini ditemukan oleh seorang petani yang memiliki tanah di atas Gua tersebut yang Bernama "Jayamenawi". Pada suatu ketika Jayamenawi sedang mengambil rumput, kemudian jatuh kesebuah lobang, ternyata lobang itu adalah sebuah lobang ventilasi yang ada di langit-langit Gua tersebut. Lobang ini mempunyai garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter.
Pada mulanya pintu-pintu Gua masih tertutup oleh tanah. Maka setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang, ketemulah pintu Gua yang sekarang untuk masuk. Karena di muka pintu Gua ada 2 pohon jati yang besar tumbuh sejajar, maka gua tersebut diberi nama Gua Jatijajar (Versi ke I).

Sungai

          Di dalam Gua Jatijajar terdapat 7 (tujuh) sungai atau sendang, tetapi yang data dicapai dengan mudah hanya 4 (empat) sungai yaitu:
  1. Sungai Puser Bumi
  2. Sungai Jombor
  3. Sungai MawaR
  4. Sungai Kantil
Untuk sungai Puser Bumi dan Jombor konon airnya mempunyai khasiat dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing. Sedangkan Sungai Mawar konon airnya jika untuk mandi atau mencuci muka, mempunyai khasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kantil jika airnya untuk cuci muka atau mandi, maka niat/cita-citanya akan mudah tercapai.
Pada saat ini yang telah dibangun baru Sendang Mawar dan Sendang Kantil, Sedangkan Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi masih alami dan masih belum ada penerangan serta licin.

Obyek wisata

          Pada tahun 1975 Gua Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan menjadi Objek Wisata. Adapun yang mempunyai ide untuk mengembangkan atau membangun Gua Jatijajar yaitu Bapak Suparjo Rustam sewaktu menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sedang pada waktu itu yang menjadi Bupati Kebumen adalah Bapak Supeno Suryodiprojo.
Untuk melancarkan dan melaksanakan pengembangan Gua Jatijajar ditunjuk langsung oleh Bapak Suparjo Rustam cv.AIS dari Yogyakarta, sebagai pimpinan dari cv.AIS adalah Bapak Saptoto, seorang seniman deorama yang terkenal di Indonesia. Sebelum Pemda Kebumen melaksanakan pembagunan Gua Jatijajar, terlebih dahulu Pemda Kebumen telah mengganti rugi tanah penduduk yang terkena lokasi pembangunan Objek Wisata Gua Jatijajar Seluas 5,5 hektar.
Setelah Gua Jatijajar dibangun maka pengelolanya dikelola oleh Pemda Kebumen. Sejak Gua Jatijajar dibangun, di dalam Gua Jatijajar sudah ditambah dengan bangunan-bangunan seni antara lain: pemasangan lampu listrik sebagai penerangan, trap-trap beton untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Gua Jatijajar serta pemasangan patung-patung atau deorama.

Batuan

          Di dalam Gua Jatijajar banyak terdapat Stalagmit dan juga Pilar atau Tiang Kapur, yaitu pertemuan antara Stalagtit dengan Stalagmit. Kesemuanya ini terbentuk dari endapan tetesan air hujan yang sudah bereaksi dengan batu-batu kapur yang ditembusnya. Menurut penelitian para ahli, untuk pembentukan Stalagtit itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Dalam satu tahun terbentuknya Stalagtit paling tebal hanya setebal 1 (satu) cm saja. Oleh sebab itu Gua Jatijajar merupakan gua Kapur yang sudah tua sekali.
Batu-batuan yang ada di Gua Jatijajar merupakan batuan yang sudah tua sekali. Karena umur yang sudah tua sekali itu, maka di muka Gua Jatijajar dibangun sebuah patung Binatang Purba Dino Saurus sebagai simbol dari Objek Wisata Gua Jatijajar, dari mulut patung itu keluar air dari Sendang Kantil dan sendang Mawar, yang sepanjang tahun belum pernah kering. Sedangkan air yang keluar dari patung Dino Saurus tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai pengairan sawah desa Jatijajar dan sekitarnya.

Diorama

          Diorama yang di pasang dan dalam Gua Jatijajar ada 8 (delapan) deorama, yang patung-patungnya ada 32 buah. Keseluruhannya mengisahkan cerita Legenda dari "Raden Kamandaka - Lutung Kasarung". Adapun kaitannya dengan Gua Jatijajar ialah, dahulu kala Gua Jatijajar pernah digunakan untuk bertapa oleh Raden Kamandaka Putera Mahkota dari Kerajaan Pajajaran, yang bernama aslinya Banyak Cokro atau Banyak Cakra.
Perlu diketahui bahwa zaman dahulu sebagian dari wilayah Kabupaten Kebumen, adalah termasuk wilayah kekuasaan Pajajaran, yang pusat pemerintahannya di Bogor (Batutulis) Jawa Barat. Adapun batasnya yaitu Kali Lukulo dari Kabupaten Kebumen sebelah Timur Kali Lukulo masuk ke wilayah Kerajaan Mojopahit, sedangkan sebelah barat Kali Lukulo masuk wilayah Kerajaan Pajajaran. Sedangkan cerita itu terjadinya di kabupaten Pasir Luhur, yaitu daerah Baturaden atau Purwokerto pada abad ke-14. Namun keseluruhan dioramanya dipasang di dalam Gua Jatijajar.
Description: E:\document tamu\Data Neni\DSCI4384.JPG





Description: E:\document tamu\Data Neni\images (2).jpgMALIOBORO

          Dalam bahasa Sansekerta, kata “malioboro” bermakna karangan bunga. itu mungkin ada hubungannya dengan masa lalu ketika Keraton mengadakan acara besar maka jalan malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama “Marlborough” yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-1816 M. pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian keraton Yogyakarta (Kediaman Sultan).
Perwujudan awal yang merupakan bagian dari konsep kota di Jawa, Jalan malioboro ditata sebagai sumbu imaginer utara-selatan yang berkorelasi dengan Keraton ke Gunung merapi di bagian utara dan laut Selatan sebagai simbol supranatural. Di era kolonial (1790-1945) pola perkotaan itu terganggu oleh Belanda yang membangun benteng Vredeburg (1790) di ujung selatan jalan Malioboro. Selain membangun benteng belanda juga membangun Dutch Club (1822), the Dutch Governor’s Residence (1830), Java Bank dan kantor Pos untuk mempertahankan dominasi mereka di Yogyakarta. Perkembangan pesat terjadi pada masa itu yang disebabkan oleh perdaganagan antara orang belanda dengan orang cina. Dan juga disebabkan adanya pembagian tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh Sultan kepada masyarakat cina dan kemudian dikenal sebagagai Distrik Cina.
Perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam membangun fasilitas untuk meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan stasiun utama (1887) di Jalan Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi jalan menjadi dua bagian. Sementara itu, jalan Malioboro memiliki peranan penting di era kemerdekaan (pasca-1945), sebagai orang-orang Indonesia berjuang untuk membela kemerdekaan mereka dalam pertempuran yang terjadi Utara-Selatan sepanjang jalan.
Sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan terbesar di Yogyakarta, dengan sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur dengan kawasan komersial Cina dan kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan penuh sesak dengan warung-warung kecil yang menjual berbagai macam barang dagangan. Di malam hari beberapa restoran terbuka, disebut lesehan, beroperasi sepanjang jalan. Jalan itu selama bertahun-tahun menjadi jalan dua arah, tetapi pada 1980-an telah menjadi salah satu arah saja, dari jalur kereta api ke selatan sampai Pasar Beringharjo. Hotel jaman Belanda terbesar dan tertua jaman itu, Hotel Garuda, terletak di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan dengan jalur kereta api. Juga terdapat rumah kompleks bekas era Belanda, Perdana Menteri, kepatihan yang kini telah menjadi kantor pemerintah provinsi.
Malioboro juga menjadi sejarah perkembangan seni sastra Indonesia. Dalam Antologi Puisi Indonesia di Yogyakarta 1945-2000 memberi judul “MALIOBORO” untuk buku tersebut, buku yang berisi 110 penyair yang pernah tinggal di yogyakarta selama kurun waktu lebih dari setengah abad. Pada tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi pusat dinamika seni budaya Jogjakarta. Jalan Malioboro menjadi ‘panggung’ bagi para “seniman jalanan” dengan pusatnya gedung Senisono. Namun daya hidup seni jalanan ini akhirnya terhenti pada 1990-an setelah gedung Senisono ditutup.







SEJARAH CANDI BOROBUDUR
Description: E:\document tamu\Data Neni\Candi Borobudur.jpg
          Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia. Walaupun sudah bukan merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia, Candi Borobudur tetap menarik minat wisatawan, baik wisatawan domestik. Maupun wisatawa dari luar negeri untuk mengunjungi Candi Borobudur ini.
Berikut ini adalah sejarah Candi Borobudur:
          Borobudur dibangun oleh Samaratungga, seorang raja kerajaan Mataram Kuno yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-8. Keberadaan Candi Borobudur ini pertama kali terungkap oleh Sir Thomas Stanford Rafles pada tahun 1814. Pada saat itu, Candi Borobudur ditemukan dalam kondisi hancur dan terpendam di dalam tanah. Candi yang terdiri dari 10 tingkat ini sebenarnya memiliki tinggi keseluruhan 42 meter. Namun setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi ini hanya mencapai 34,5 meter dengan luas bangunan candi secara keseluruhan 123 x 123 meter (15.129 m2). Setiap tingkat pada Candi Borobudur ini dari lantai pertama sampai lanyai enam memiliki bentuk persegi, sedangkan mulai dari lantai ke tujuh sampai lantai ke  sepuluh berbentuk bulat.
Candi Borobudur adalah  candi Buddha terbesar pada abad ke-9. Menurut Prasasti Kayumwungan, terungkap bahwa Candi Borobudur selesai dibangun pada 26 Mei 824, atau hampir 100 tahun sejak mulai awal dibangun. Konon nama Borobudur berarti sebuah gunung yang berteras - teras atau biasa juga disebut dengan budhara. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Borobudur berarti biara yang terletak di tempat yang tinggi.  
Beberapa ahli mengungkapkan bahwa posisi Candi Borobudur berada pada ketinggian 235 meter diatas permukaan laut. Ini berdasarkan studi dari para ahli Geologi yang mampu membuktikan bahwa Candi Borobudur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang besar sehingga sebagian besar desa-desa yang berada di sekitar Candi Borobudur berada pada ketinggian yang sama, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.
Berdasarkan Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan bahwa Borobudur merupakan salah satu tempat untuk berdoa. Dimana dalam prasasi tersebut mengandung kata "Kawulan i Bhumi Sambhara" yang berarti asal kesucian dan Bhumi Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudur tersebut. Setiap lantai pada Candi Borobudur ini mengandung tema yang berbeda - beda karena pada setiap tingkat tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha Mahayana bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat kesempurnaan sebagai Buddha harus melalui setiap tingkatan kehidupan. Pada setiap lantai di Candi Borobudur terdapat relief - relief yang bila dibaca dengan runtut akan membawa kita memutari Candi Borobudur searah dengan jarum jam.


Description: E:\document tamu\Data Neni\Candi-Borobudur.jpg










IN ENGLISH















Masjid Agung (Gede) Kauman


Description: E:\document tamu\Data Neni\Copy of image001.jpgDescription: IMG_0151_copy











           





  Great Mosque in the ancient times
          The mosque is also known by the name of Cede Kauman mosque is located in the west of North Square which is symbolic of transcendence to indicate the presence of the Sultan , which is in addition to the leadership of the war or government authorities ( Senopati ing ngalaga ) , as well as Sayidin Panatagama khalifatulah ( representative of God ) in the world in the lead religion ( Panatagama ) in the Sultanate . Built on the Sri Sultan Hamengkubuwono I by an architect named K. Wiryokusumo , this mosque has a first pengulu namely Kyai Diponingrat Ibrahim Faqih . As with other mosques in Java , this mosque roofed with overlapping three mustoko , this mosque berdenah , have porches , pawestren , as well as a pool on three sides of the mosque . However, some are owned by the uniqueness of this mosque is to have the front gate and a pair of shape pitcher tinandu Pagongan building on the front page for sekaten gamelan . Mosques were never restored due to a major earthquake is jammi royal mosque which serves as a place beibadah , kesagamaan ceremony , the center of religious symbols and places of religious jurisprudence penegaan . The entire mosque complex is surrounded by a high wall on the north where there is a tradional Pengulon residence and office pengulu courtiers , and to the west of the mosque there are several tombs including the tomb of Nyai Ahmad Dahlan . This pengulu courtiers who oversees the religious field other courtiers , such as the courtiers pamethakan , suronoto , muezzin . The area around the mosque is a residential area of the students or scholars . The settlement known as Kauman and Suronatan .
In the course of Yogyakarta historical , religious life in the village an inspiration and a place that is conducive to growth and development of the religious movement Muhammadiyah in 1912 AD led by CRC Dahlan .

Digging the traces of history and religion in Yogyakarta lot of choices . One of them in the mosque Gedhe Kauman Yogyakarta . The mosque is located in the center of the city offers architects exotic past that is beautiful . Position just in front of the west side of the Palace . Its construction is inseparable from the establishment of the Sultanate of Yogyakarta ( Islamic empire ) through negotiations Giyanti ( 1755) , exactly 18 years later .

Architecture
Description: grand-mosque-masjid-gede
This mosque was built by the architectural is thick with the feel of the Palace . The roof of the mosque using three overlapping roof system that illustrate the mustaka kluwih leaves and gadha . This system means the perfection of life through the three stages of human life , namely , the Shari'a , Makrifat and Essentials . This building has been undergoing renovation in 1867 when there was a great earthquake that ruined the original portico of the mosque . The ground floor of the mosque made ​​of stone then replaced marble from Italy . Other charm is the installation of a white stone on the walls of the mosque are not using cement / adhesive element and the use of teak other intact ( over 200 years old ) in support of the mosque building .

The room :
Description: gede-1221.Masjid parent : a prayer room where the priest comes and mihrab .
2.Samping left mihrab : maksura ( made ​​from teak wood squares with marble floors higher and equipped with a spear ) . The security function Maksura king when the king prayers .
3.Mimbar : a throne staircase ( made ​​from teak wood carved ornament in the form stilir beautiful plants and flowers in gold prada ) .
4.Pawestren ( where pilgrims daughter ) ,
5.Yakihun ( resting room of the scholars , preachers , and merbot ) ,
6.blumbang ( pond ) and
7.Kompleks other buildings : KUA , Takmir office , Pagongan ( storage area Sekaten gamelan ) ,
8.Pajagan ( where soldiers guard extends on either side of the gate ) , Regol or gate .




KERATON YOGYAKARTA
Description: E:\document tamu\Data Neni\keraton jogja.jpg

          Sultan Palace is an established mosque in the center ( capital ) kingdom . The building was founded during the reign of Sultan Buwana I. Yogyakarta city hall reportedly planning is based on the concept of taqwa . Therefore , the composition of outer space formed by the boundaries of the form of the placement of five mosques in the Sultanate four cardinal points with the Grand Mosque as its center . While placing the composition in the Monument ( Tugu Pal Putih) - Stage Krapyak as the main element of the core space . This composition puts Tugu Pal Putih- palace - stage Krapyak in one axis .
Building the Great Mosque of Sultan Palace is located in an area of ​​approximately 13,000 square meters . The area bounded by the circumference of the wall . Construction of the mosque itself is done after 16 years of Yogyakarta Palace stands . The establishment of the mosque itself on the initiative of Kiai Faqih Ibrahim pengulu Dipaningrat the implementation is handled by Tumenggung Wiryakusuma , an architect of the palace . Mosque construction is done in stages . The first phase is the construction of the main building of the mosque . The second phase is the construction of a mosque porch . After that is done the other building additions .
Great Mosque building consists of several rooms , the courtyard of the mosque , the mosque portico , and the main hall of the mosque . Page mosque consists of the front yard and back yard . Page mosque is open space located on the outside of the main building and the porch of the mosque . This page is limited by the walls around. Medium backyard of the mosque is the tomb of Nyi Achmad Dahlan and several other tombs . There are five doors that can be used to enter the mosque courtyard . Two doors are located on the north side and the south . While on the east side there is a door that serves as the main gateway . Sekrang shape gate is semar tinandu with pyramid roof . On both sides of this gate there are two buildings called wards soldiers . The gate is connected by a road that divides the front page into two sections . The road is flanked by two buildings called Pagongan .
Building foyer is separated from the courtyard of the mosque . Building a wall of separation was traveling with five entrances . On the east side there are three doors and one on the north side and south . The foyer of the building is also surrounded by a small ditch ( pool ) on the north, east , and south . Place / building is used to perform ablutions are in the north and the south porch .
Building the mosque portico rectangular shaped floor plan . The porch was set on top of one meter tall platform . In the foyer there are 24 poles sacred terrace lotus -shaped stone . The stone base patterned decorative cloud motif carved edge . Pyramid-shaped roof of the porch of the mosque . On the west portico of the building stands the Great Mosque which is the main prayer hall . Non mosque square -shaped floor plan . The building , erected on asjid 1.7 meter tall platform . On the north side of the building there is a mosque sermons , bathroom and WC for men . Being intended for women who are on the south side . Mihrab is located on the west wall . At the close there is a mihrab and minbar maksurah , each located at the north and south of the sanctuary . Bertumpang three tajug roof covering the main hall of the Great Mosque . At the peak of the roof there is mustaka . The third mosque roof supported by walls on all four sides of the room and pillar amounted to 36 pieces . The poles Berpenampang round unadorned ( plain ) . The thirty-sixth pole consists of four pillars , 12 saka swamp , and 20 saka patio .

GUA JATIJAJAR YOGYAKARTA

Description: E:\document tamu\Data Neni\cilacap00168.jpgJatijajar cave is a natural tourist attractions such as caves located in the village Jatijajar , the District 's father , Kebumen . The cave is formed from limestone . The cave has a long Jatijajar from the entrance to the exit along the 250 meters . Average width of 15 meters and an average height of 12 meters , while the thickness of the ceiling on average 10 meters , and of the level of the sea level 50 meters .
The cave was discovered by a farmer who owns the land above the cave is named " Jayamenawi " . At one point Jayamenawi 're taking the grass , then fell toa hole , it turns out that the hole is a ventilation hole in the cave ceiling . This hole has a center line and 4 meters high from the ground that are below 24 meters .
At first, the doors are still covered by soil Cave . So after soil covering dismantled and discarded , ketemulah door to enter the cave that now . Because the front door of the Cave there are two large oak tree grows parallel , the cave was named Cave Jatijajar ( Version to I ) .
River
          Inside the cave there Jatijajar 7 ( seven ) river or spring , but the data is achieved easily only 4 ( four ) streams , namely :
1 . River Puser Earth
2 . River Jombor
3 . River rose
4 . River kantil
To stream Jombor Puser Earth and the water is said to have properties can be used for all sorts of purposes according to their respective beliefs . Meanwhile, if the water is said to Rose River to bathe or wash your face , can have properties ageless . The Spring magnolia if the water is to wash your face or shower , the intention / his goal will be easily achieved .
At the moment that have been built and the new Spring Rose Spring kantil , while Spring and Spring Puser Jombor Earth unspoiled and still no light and slick .
Sights
          In 1975 Jatijajar cave was built and developed into attractions . As for who had the idea to develop or build Jatijajar cave , Mr. Rustam Suparjo while becoming Governor of Central Java . Being at that time who became regent of Kebumen is Mr Supeno Suryodiprojo .
To launch and implement development Jatijajar cave appointed by Mr. Rustam Suparjo cv.AIS of Yogyakarta , as head of cv.AIS is Mr. Saptoto , a famous artist in Indonesia deorama . Before implementing Government Kebumen pembagunan Jatijajar cave , Kebumen first local government has been compensating the affected population in construction site cave attractions Jatijajar Covering an area of ​​5.5 hectares .
Having built the cave Jatijajar managers Kebumen managed by the local government . Since Cave Jatijajar built , in the Cave Jatijajar have added the art buildings include: the installation of electric lights as lighting , trap - trap concrete to make it easy for tourists to get into the cave Jatijajar and the installation of the statues or deorama .
Rock
          Inside the cave there Jatijajar many stalagmites and also Pillar or Pole Lime , which is a meeting between stalactites with stalagmites . All of these are formed from the deposition of raindrops that have reacted with limestone rocks that penetrate . According to research experts , for the formation of stalactites it takes a very long time . Within one year of the formation of stalactites as thick as the thickest only 1 ( one ) cm only . Therefore Jatijajar cave Limestone cave which is very old .
Rocks in the cave Jatijajar is very old rocks . Due to the very old age it , then on the face of the Cave Jatijajar built a statue of the Ancient Dino Saurus animals as symbols of Attraction Jatijajar cave , from the mouth of the statue out of the water and spring kantil Spring Rose , who has never been dry all year round . While the water coming out of the statue Dino Saurus used by people around the Jatijajar irrigating rice fields and surrounding villages .
Diorama
          Diorama in pairs and in Jatijajar cave there are 8 ( eight ) deorama , the statues there are 32 pieces . Legend tells the whole story of " Raden Kamandaka - Kasarung monkey " . As for the relation with Jatijajar cave is , Jatijajar ancient cave once used to be imprisoned by Raden Kamandaka Crown Prince of the Kingdom of Padjadjaran , named originally Many Clark or Many Chakra .
Keep in mind that most of the ancient region Kebumen , is included Pajajaran territory , the seat of government in Bogor ( Batutulis ) West Java . The time limit is Lukulo of Kebumen eastern time Lukulo enter the territory of the Kingdom Mojopahit , while Kali west entrance area of ​​the Kingdom of Padjadjaran Lukulo . While the story in Pasir Luhur districts , namely Baturaden or Navan area in the 14th century . But overall dioramanya mounted inside Jatijajar cave .

Description: E:\document tamu\Data Neni\DSCI4384.JPG










MALIOBORO

Description: E:\document tamu\Data Neni\images (2).jpg

          In Sanskrit , the word " Malioboro " meaningful bouquets . it might have something to do with the past when the palace held a big event then Malioboro street will be filled with flowers . Malioboro word also comes from the name of a British colonial named " Marlborough " who had lived there in 1811-1816 AD coincided with the establishment of Malioboro Street Yogyakarta palace establishment ( Sultan residence ) .
Initial embodiment which is part of the concept of cities in Java , Jalan Malioboro styled as the imaginary north-south axis that correlated with Kraton Mount Merapi to the north and South sea as a symbol of the supernatural . In the colonial era (1790-1945) urban pattern was disrupted by the Dutch who built the castle Vredeburg ( 1790 ) at the southern end of Malioboro street . In addition to building a Dutch fort also built Dutch Club ( 1822 ) , the Dutch Governor's Residence ( 1830) , the Java Bank and Post office to maintain their dominance in Yogyakarta . The rapid development occurred at that time caused by perdaganagan between the Dutch with the Chinese . And also due to the division of land in the sub - segment by the Sultan to Jalan Malioboro Chinese society and became known sebagagai China District .
Developments at that time was dominated by the Dutch in building facilities to boost the economy and their strength , As the main station building ( 1887) at Jalan Malioboro , which physically divides the road into two successful parts . Meanwhile , Malioboro street has an important role in the independence era ( post - 1945) , the Indonesian people fighting to defend their independence in the fighting north-south along the road .
Now this is the way the center of Yogyakarta 's largest tourist district , with a history of Dutch colonial architecture mixed with contemporary Chinese commercial area . Sidewalks on both sides of the street was crowded with small stalls selling a wide variety of merchandise . In the evening several open-air restaurant , called Lesbian , operates along the way . The road over the years into a two-way street , but in the 1980s it has become one direction only , from the railway line to the south until Beringharjo . Hotel biggest and oldest Dutch era that era , Hotel Garuda , is located at the north end of the road on the east side , adjacent to the railway line . There is also a complex houses the former Dutch era , the Prime Minister , kepatihan which has now become a provincial government office .
Malioboro is also a history of the development of Indonesian literary arts . In Indonesia in Yogyakarta Poetry Anthology 1945-2000 titled " MALIOBORO " for the book , a book that contains 110 poets who ever lived in Yogyakarta for a period of more than half a century . In 1970 , Malioboro grow into a dynamic center of art and culture of Jogjakarta . Jalan Malioboro to ' stage' for the " street artists " with its building Senisono . But the vitality of street art was finally halted in the 1990s after the building closed Senisono .







HISTORY BOROBUDUR

Description: E:\document tamu\Data Neni\Candi Borobudur.jpg          Borobudur is the largest Buddhist temple in the world . Although it is not one of the seven wonders of the world , Borobudur still attract tourists , both domestic . And wisatawa from abroad to visit the Borobudur Temple .
Here is the history of Borobudur temple :
          Borobudur was built by Samaratungga , a king of the ancient Mataram kingdom which is also a descendant of Sailendra dynasty in the 8th century . The existence of Borobudur was first revealed by Sir Thomas Stanford Raffles in 1814 . At that time , Borobudur found in ruined condition and was buried in the ground . The temple consists of 10 levels actually have an overall height of 42 meters . However, after the restoration , the overall height of the temple is only 34.5 meters with a building area of the temple as a whole of 123 x 123 meters ( 15,129 m2 ) . Each level on the Borobudur temple from the first floor to lanyai six has a square shape , while starting from the seventh floor to the tenth floor is round .
Borobudur is the largest Buddhist temple in the 9th century . According to the inscription Kayumwungan , revealed that Borobudur was completed on May 26, 824 , or nearly 100 years since its initial construction. It is said that the name Borobudur means a mountain having terraces - the terrace or also called budhara . But others say that Borobudur means monastery on the high place .
Some experts said that the position of the Borobudur Temple is located at an altitude of 235 meters above sea level . It is based on a study of the geologists who are able to prove that Borobudur at the time was a large lake area so most of the villages around Borobudur Temple were located at the same height , including Pawon and Mendut .
Based on the inscription dated 842 AD , a historian Casparis stated that Borobudur is a place to pray . Where in the prasasi contain the word " Kawulan i Bhumi Sambhara " which means the origin of holiness and Sambara Bhumi is the name of a corner at the Borobudur Temple . Each floor of the Borobudur Temple contains a different theme - different because at each level represent the stages of human life . This is in accordance with the teachings of Mahayana Buddhism that everyone who wants to reach the level of perfection as the Buddha had to through every level of life . On each floor there is a relief in Borobudur Temple - relief which when read by coherently will take us around the Borobudur temple clockwise .




Ditulis Oleh Unknown on - Rangking: 10
Tantom-angkola : objek wisata yogyakarta ( budaya )
tantom angkola berdiri sejak tahun 2012 : Objek Wisata Yogyakarta Disusun Oleh: klinton gultom TEKNIK ELEKTRO - KAMPUS BASHRA Jl. P...
Tweet

0 Response to "objek wisata yogyakarta ( budaya )"

Posting Komentar

Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

IKLAN IDBLOGNETWORK

VISITOR HISTATS

ALEXA.COM

freewebsubmission

Submit Your Site To The Web's Top 8000 Search Engines for Free!
W3 Directory - the World Wide Web Directory

BACKLINKS

free hit counter script

feedjit.com ( trafik visitor )

TOTAL PENGUNJUNG

USER ONLINE

U-ON C-STAT

VISITOR

DMCA.com

free auto backlinks seo

Flag Counter web site hit counter Flag Counter

Please Bantu Saya, Like This !!!

×

DAFTAR ISI

ANTI VIRUS (1) belajar blog (5) BERITA BATAK (1) budaya indonesia (1) cerita lawak tawa (1) CITER DAN CHEAT (1) FLIM TERBARU (4) foto - foto (1) G-CASH GRATIS (1) GAME (6) HKBP (1) ID KENA BANNED GM (1) kata - kata terindah (4) Kebudayaan (4) KIMIA (8) KODE GEMSCOOL (2) KODE VOUCHER G CASH (1) kode voucher g-cash terbaru 11 maret 2014 (1) kode voucher gratis (1) LIRIK LAGU (1) pantun nasehat (1) pemain bola (1) RESEP MAKANAN (4) SEKOLAH (1) SEO TIPS (13) SETTING MACRO (1) teknik elektro (12) tutorial blogger (2) video (2)

profil ADMIN

Unknown
Lihat profil lengkapku

translate bing

TOP KOMENTAR

RECENST COMMENT

by klintongultom
Copyright © 2012 TANTOM-ANGKOLA - All Rights Reserved
Di desain oleh klinton gultom - POWERED BY google.INC