Oleh: Nugroho Agung Pambudi
Masalah lingkungan
sebenarnya memiliki solusi yang berasal dari lingkungan juga. Problem
gas rumah kaca dan krisis energi misalnya, bisa dijawab dengan biomassa
yang asalmulanya dari alam. Bagaimana bisa?
Gas rumah kaca yang
disebabkan oleh bahan bakar fosil, seperti karbon dioksida ketika
dilepaskan di atmosfir, keberadaannya akan menghalangi panas yang akan
meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan temperature bumi. Bila hal
ini terjadi maka maka akan terjadi perubahan iklim yang akan
mempengaruhi kualitas kehidupan di lingkungan kita. Selain disebabkan
oleh CO2, gas berikut juga memiliki kontribusi dalam pemanasan global,
methane (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Pembakaran biomassa sebenarnya
menghasilkan CO2 tetapi karbon dioksida yang di hasilkan akan
distabilisasi dengan serap kembali oleh tumbuhan, sehingga tidak ada
penimbuan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya terus
seimbang.
Pengingkatan Temperatur
Tahun 1998 merupakan
tahun dimana terjadi peningkatan terbesar temperatur. Peningkatan
temperatur ini menyebabkan pencairan es di kutub sehingga volume lautan
meningkat dan ketingian permukaan laut meningkat 10 sampai 25 cm.
Bahkan di prediksi kan tahun 2100 temperatur akan meningkat secara
tajam hingga mencapai 6 derajat celcius. Dampak itulah yangmemicu
terjadinya bencana alam yang akan menurunkan kualitas hidup manusia.
Untuk mencegah berbagai
macam dampak dari pemanasan global, dapat dilakukan dengan mengurangi
atau menghentikan proses yang paling besar dalam memicu gas rumah kaca
tersebut yaitu pembakaran bahan baker fosil. Pembakaran bahan baker
berkaitan erat dengan pemenuhan sector energi bagi peningkatan
perekonomian suatu negara. Pengembangan biomasa sebagai sumber energi
untuk substitusi bahan bakar bisa menjadi solusi untuk mengurangi
beredarnya gas rumah kaca di atmosfer. Dengan penggunaan biomassa
sebagai sumber energi maka konsentrasi CO2 dalam atmosfer akan
seimbang. Pada waktu yang sama manusia makin menyebabkan peningkatan
rumah kaca dengan penebangan hutan secara luas (deforestrisasi)
sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap gas CO2. disamping itu
hasil hutan yang diperoleh dibakar dan menghasilkan CO2 dan beberapa
partikulat matter. Konferensi tentang perubahan iklim telah dilakukan
di Kyoto, Jepang pada tahun 1997.
Potensi Biomassa di Indonesia
Indonesia, Sebagai negara
agraris yang beriklim tropis memiliki beberapa sumber energi
terbarukan yang berpotensi besar, antara lain : energi hidro dan
mikrohidro, energi geotermal, energi biomassa, energi surya dan energi
angin.
Potensi biomassa yang
besar di negara, hingga mencapai 49.81 GW tidak sebanding dengan
kapasitas terpasang sebesar 302.4 MW. Bila kita maksimalkan potensi
yang ada dengan menambah jumlah kapasitas terpasang, maka akan membantu
bahan bakar fosil yang selama ini menjadi tumpuan dari penggunaan
energi. Hal ini akan membantu perekonomian yang selama ini menjadi
boros akibat dari anggaran subsidi bahan bakar minyak yang jumlahnya
melebihi anggaran sektor lainnya.
Energi biomassa menjadi
penting bila dibandingkan dengan energi terbaharukan karena proses
konversi menjadi energi listrik memiliki investasi yang lebih murah
bila di bandingkan dengan jenis sumber energi terbaharukan lainnya. Hal
inilah yang menjadi kelebihan biomassa dibandingkan dengan energi
lainnya. Proses energi biomassa sendiri memanfaatkan energi matahari
untuk merubah energi panas menjadi karbohidrat melalui proses
fotosintesis yang selanjutnya diubah kembali menjadi energi panas.
Konversi Biomassa
Penggunaan biomassa untuk
menghasilkan panas secara sederhana sebenarnya telah dilakukan oleh
nenek moyang kita beberapa abad yang lalu. Penerapannya masih sangat
sederhana, biomassa langsung dibakar dan menghasilkan panas. Di zaman
modern sekarang ini panas hasil pembakaran akan dikonversi menjadi
energi listrik melali turbin dan generator. Panas hasil pembakaran
biomassa akan menghasilkan uap dalam boiler. Uap akan ditransfer
kedalam turbin sehingga akan menghasilkan putaran dan menggerakan
generator. Putaran dari turbin dikonversi menjadi energi listrik
melalui magnet magnet dalam generator. Pembakaran langsung terhadap
biomassa memiliki kelemahan, sehingga pada penerapan saat ini mulai
menerapkan beberapa teknologi untuk meningkatkanmanfaat biomassa
sebagai bahan bakar. Beberapa penerapan teknologi konversi yaitu :
Praktek yang mudah untuk
meningkatkan manfaat biomassa adalah membentuk menjadi briket atau
pellet. Briket atau pellet akan memudahkan dalam penanganan biomassa.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan densitas dan memudahkan penyimpanan
dan pengangkutan. Secara umum densifikasi (pembentukan briket atau
pellet) mempunyai beberapa keuntungan (bhattacharya dkk, 1996) yaitu :
menaikan nilai kalor per unit volume, mudah disimpan dan diangkut,
mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam.
Karbonisasi merupakan
suatu proses untuk mengkonversi bahan orgranik menjadi arang . pada
proses karbonisasi akan melepaskan zat yang mudah terbakar seperti CO,
CH4, H2, formaldehid, methana, formik dan acetil acid serta zat yang
tidak terbakar seperti seperti CO2, H2O dan tar cair. Gas-gas yang
dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi dan dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada proses karbonisasi.
Pirolisis atau bisa di
sebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan
pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Proses ini sebenarnya bagian dari
proses karbonisasi yaitu roses untukmemperoleh karbon atau aran, tetapi
sebagian menyebut pada proses pirolisis merupakan high temperature
carbonization (HTC), lebih dari 500 oC. Proses pirolisis menghasilkan
produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon, cairan berupa campuran
tar dan beberapa zat lainnya. Produk lainn adalah gas berupa karbon
dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki kandungan
kecil.
Proses anaerobic igestion
yaitu proses dengan melibatkan mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen
dalam suatu digester. Proses ini menghasilkan gas produk berupa metana
(CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta beberapa gas yang jumlahnya
kecil, seperti H2, N2, dan H2S. Proses ini bisa diklasifikasikan
menjadi dua macam yaitu anaerobic digestion kering dan basah. Perbedaan
dari kedua proses anaerobik ini adalah kandungan biomassa dalam
campuran air. pada anaerobik kering memiliki kandungan biomassa 25 – 30
% sedangkan untuk jenis basah memiliki kandungan biomassa kurang dari
15 % (Sing dan Misra, 2005).
Gasifikasi adalah suatu
proses konversi untuk merubah material baik cair maupun pada menjadi
bahan bakar cair dengan menggunakan temperatur tinggi. Proses
gasifikasi menghasilkan produk bahan bakar cair yang bersih dan efisien
daripada pembkaran secara langsung, yaitu hidrogen dan karbon
monoksida. Gas hasil dapat di bakar secara langsung pada internal
combustion engine atau eaktor pembakaran. Melalui proses Fische-Tropsch
gas hasil gasifikasi dapat di ekstak menjadi metanol.
Political Will
Semua potensi tersebut
tidak bernilai tanpa adanya dukungan dan political will dari pemerintah
serta masyarakat luas. Pembentukan tim nasional pengembangan bahan
bakar nabati (BBN) dengan menerbitkan blue print dan road map bidang
energi untuk mewujudkan pengembangan BBN merupakan langkah yang
strategis sehingga dapat dicapai kemandirian energi melalui
pengembangan biomassa. Peran serta masyarakat akan sangat membantu
dalam pengimplemetasian pengembangan tanaman penghasil bioenergi,
sehingga pada akhirnya bangsa ini mampu keluar dari krisis energi
dengan pasokan energi bahan bakar nabati yang berkelanjutan.